Ada kiriman cerpen dari teman kita, AYUNDA SYARIFAH ( http://nonalanglinglung. multiply.com ).... Buat yang mau cerpennya nangkring di sini, kirim aja ke email... ^^
Dia selalu memperhatikan gadis itu sejak mereka sekelas di kelas 3 IPS 3. Namanya Aruna.
Anaknya manis, kulitnya cokelat sehat, rok seragamnya selalu sepuluh senti dibawah lutut, dan kemejanya tidak ketat, sepatunya selalu hitam kecuali pas ada jadwal olahraga, dan kaus kakinya selalu berwarna putih.
Aruna menyukai warna kuning. Tas sekolahnya berwarna kuning dihiasi pin-pin lucu berbentuk bunga matahari dan stasionerinya kebanyakan berwarna kuning: kuning telur, kuning pucat, kuning cerah, kuning emas, kuning seperti krayon.
Aruna juga selalu tersenyum dan menyapa selamat pagi setiap baru datang. Teman-teman sekelas menyukainya karenanya Aruna dipilih menjadi skretaris kelas yang tugasnya mencatat di papan tulis—tulisannya bagus—dan menjaga inventaris kelas dari tangan-tangan jahil.
Aruna melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh.
Karena terlalu baik, Aruna sering dimanfaatkan oleh teman-temannya seperti pinjam buku catatan untuk difotokopi, mencontek PR, dan macam-macam lagi. Aruna terlalu baik. Malah terkesan bodoh, dia berpikir.
Suatu hari dia tak sengaja melihat Aruna datang pagi-pagi waktu sekolah masih sepi. Dia melihatnya dari lapangan basket tempatnya latihan, kemudian dengan penasaran membuntuti Aruna. Berusaha tidak ketahuan.
Aruna masuk ke kelas 3 IPS 3. Dia meletakkan tasnya di salah satu meja di deretan paling depan, kemudian mulai menghapus tulisan-tulisan di papan tulis sampai bersih, menaikkan bangku-bangku ke atas meja, dan mulai menyapu.
Setelah kelas bersih dari sampah, Aruna memasang taplak meja di meja guru, mengeluarkan vas bunga dari tasnya—vas itu hasil urunan sekelas, meletakkan vas itu di atas meja, lalu membuka kresek hitam besar yang dibawanya dan mengeluarkan beberapa batang bunga matahari cerah yang kemudian ditatanya di dalam vas.
Setelah itu dia keluar dari kelas sambil membawa tasnya dan kembali lagi lima menit sebelum bel masuk kelas berdering. Bersikap seolah-olah baru datang.
Dia tersenyum, mengerti kenapa selama ini teman-teman yang piket merasa terheran-heran mendapati kelas sudah bersih dan meja guru tertata rapi. Beruntung, jadi mereka tidak usah repot-repot bersih-bersih kan?
Aruna duduk di sebelahnya. “Selamat pagi, Dea.”
“Selamat pagi,” dia tersenyum pada Aruna.
“Bagaimana latihan basket kamu tadi pagi?”
“Oke. Kamu punya kebun bunga matahari ya?”
“Ah, tidak. Cuma sepetak kok. Kenapa?”
“Tidak apa-apa.”
Bel berdering. Aruna mengeluarkan buku Kimia—pelajaran jam pertama hari itu. Sebatang bunga matahari jatuh ke lantai dari tasnya.
Pluk.
Aruna cepat-cepat memungut bunga itu dan menjejalkannya kembali ke dalam tas. Aruna melirik Dea. Lega waktu teman sebangkunya itu tidak sedang memperhatikannya. Fiuh, jangan sampai ketahuan, pikir Aruna.
Karangaji, 10 Desember 2011
diiringi lagu Fox Rain
Komentar
Posting Komentar