Sungguh dilema besar ketika aku memilih menyandarkan perasaan sayang juga cinta ini di pundakmu. Ooohhh... Tapi semua itu sungguh tak membuat aku menyesal. Awal tak seindah perjalanan kita juga tak sebesar pertanyaanku tentang bagaimana kita nanti akhirnya. Bingung melanda ketika ingin mengungkapkan semua perasaan ini pada waktu itu (nostalgiaaa...). Lalu semua pun berjalan begitu indah. Sangat indah. Tak cukup sampai di situ, semua terasa sangat-sangat-sangat indah. Semua melengkapi kisah ini. Tentang jatuh cinta, saling ingin memiliki, sayang yang ku rasa berlebih sampai tumpah-tumpah hingga tak jarang juga merasa cemburu dan menciptakan sebuah pertengkaran. Seperti yang terjadi kini. Haahhhh.... Aku sedang sedih. Aku sedang merasa sendiri. Aku sedang tak sanggup melakukan aktivitasku seperti biasa. Semua terasa tragis ketika aku dalam posisi seperti ini. Aku tak bisa menjalani hari-hariku dengan senyum yang tulus juga canda yang iklas karena perasaan ini selalu berpihak padamu. HUHUHUHUHUHUHU....... Pikiran ini terus terbayangi wajahmu. Aku sedih.
Aku sedang rindu. Sungguh ingin berada dekat denganmu. Tapi kamu bilang aku yang selalu beralasan setiap kamu merasa rindu dan sedang ingin aku. Saat itu aku ingin bilang, "kamu saja sibuk dengan gadgetmu sendiri ketika skype", yang kamu terkadang bilang, "maaf, sebentar." atau mungkin apabila sudah agak ku paksa meletakkan gadgetnya, dengan nada yang agak tinggi, "ya sebentar, aku sedang....." Ah, tapi semua itu tertahan dan hanya air mata yang mengalir.
Kenapa ya nggak bisa ngomong?? Aku memikirkan perasaanmu, aku nggak mau kamu sakit bila aku sanggup mengatakan apa yang sebenarnya aku pikirkan. Tapi terkadang aku selalu berpikir bahwa dia memang benar, oleh karena itu aku memilih diam. Dipaksa seperti apapun, sepertinya aku nggak bisa ngomong. Aku memilih sebagai tertuduh dan menjadi orang yang selalu dipihak salah. Tapi ya apa mau dikata, memang aku yang salah.
Perasaan untuk masih peduli dengan seseorang yang pernah ada di masa lalumu rasa-rasanya masih ada. Aku memang takut. Aku memang kawatir kalau-kalau kamu kembali padanya. Tapi ya aku bisa apa? Percuma aku nglarang kamu, itu malah membuatmu berkomunikasi diam-diam dengan sebuah akun yang aku tak bisa lihat. Sampai saat ini, dia selalu membayangiku. Dia dia diaaa...... Aku juga ingin diceritakan bagaimana kisahmu dan aku, bukan cerita tentang kamu dengannya. Itu membuatku cemburu.
Ah, sudah... Biarkan saja semua terjadi seperti apa yang sudah terjadi. Semua itu tak merubah sayangku. Malah semakin berlebih setiap harinya.
Maafkan aku yang sudah membuatmu sering kesal, jengkel, marah bahkan tak jarang kamu ingin mengakhiri semuanya. Walaupun aku juga tahu seberapa besar sayangmu untukku.
Aku sedang rindu. Sungguh ingin berada dekat denganmu. Tapi kamu bilang aku yang selalu beralasan setiap kamu merasa rindu dan sedang ingin aku. Saat itu aku ingin bilang, "kamu saja sibuk dengan gadgetmu sendiri ketika skype", yang kamu terkadang bilang, "maaf, sebentar." atau mungkin apabila sudah agak ku paksa meletakkan gadgetnya, dengan nada yang agak tinggi, "ya sebentar, aku sedang....." Ah, tapi semua itu tertahan dan hanya air mata yang mengalir.
Kenapa ya nggak bisa ngomong?? Aku memikirkan perasaanmu, aku nggak mau kamu sakit bila aku sanggup mengatakan apa yang sebenarnya aku pikirkan. Tapi terkadang aku selalu berpikir bahwa dia memang benar, oleh karena itu aku memilih diam. Dipaksa seperti apapun, sepertinya aku nggak bisa ngomong. Aku memilih sebagai tertuduh dan menjadi orang yang selalu dipihak salah. Tapi ya apa mau dikata, memang aku yang salah.
Perasaan untuk masih peduli dengan seseorang yang pernah ada di masa lalumu rasa-rasanya masih ada. Aku memang takut. Aku memang kawatir kalau-kalau kamu kembali padanya. Tapi ya aku bisa apa? Percuma aku nglarang kamu, itu malah membuatmu berkomunikasi diam-diam dengan sebuah akun yang aku tak bisa lihat. Sampai saat ini, dia selalu membayangiku. Dia dia diaaa...... Aku juga ingin diceritakan bagaimana kisahmu dan aku, bukan cerita tentang kamu dengannya. Itu membuatku cemburu.
Ah, sudah... Biarkan saja semua terjadi seperti apa yang sudah terjadi. Semua itu tak merubah sayangku. Malah semakin berlebih setiap harinya.
Maafkan aku yang sudah membuatmu sering kesal, jengkel, marah bahkan tak jarang kamu ingin mengakhiri semuanya. Walaupun aku juga tahu seberapa besar sayangmu untukku.
Komentar
Posting Komentar